Candi Penataran atau Candi Panataran atau nama aslinya adalah Candi Palah adalah sebuah gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar,
pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Dari prasasti yang
tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja
Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
Dalam kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut sebagai bangunan suci "Palah" yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur.
Pada tahun 1995 candi ini diajukan sebagai calon Situs Warisan Dunia UNESCO dalam daftar tentatifnya.
Kompleks candi
Kompleks candi ini adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur
dalam poros barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur
terdapat sungai yang berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun
dalam pola linear, beberapa candi perwara dan balai pendopo terletak di
depan candi utama. Tata letak ini berbeda dengan candi pada langgam
Jawa Tengah, misalnya Candi Sewu, yang disusun dalam pola mandala
konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi
dikelilingi barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak
tidak beraturan pada candi Penataran ini merupakan ciri khas langgam
Jawa Timur yang berkembang pada zaman Kediri hingga Majapahit, lalu
dilanjutkan pada pola tata letak Pura Bali.
Kompleks bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946
meter persegi berjajar membujur dari barat laut ke timur dan tenggara.
Seluruh halaman komplek percandian kecuali yang bagian tenggara dibagi
menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding. Untuk lebih
mudahnya dalam memahami kompek Candi Penataran, bagian-bagian dari Candi
Penataran disebut halaman depan, halaman tengah, dan halaman belakang.
Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak tersusun
simetris. Hal ini mengambarkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu
periode. Berikut adalah bagian-bagian dari Candi Penataran:
Halaman depan
Masuk kedalam halaman depan, pintu gerbang terletak di sisi barat laut kompleks candi, diapit oleh dua arca Dwarapala,
penjaga pintu degan angka tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi terpahat
pada arca. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Reco Pentung.
Berdasarkan pahatan angka tahun yang ada pada kedua lapik arca tersebut,
para sejarahwan menyimpulkan bahwa bangunan Candi Palah baru diresmikan
menjadi Candi Negara pada masa pemerintahannya Raja Jayanegara dari Majapahit. Sebelah timur kedua arca tersebut terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.
Bale Agung
Melalui bekas pintu gerbang, sampailah pada bagian terdepan dari
Candi Penataran, Bale Agung. Lokasi bangunan tersebut terletak di bagian
barat laut halaman depan, posisinya sedikit menjorok ke depan. Bangunan
seluruhnya terbuat dari batu, didingnya masih polos dan memiliki empat
buah tangga, dua buah terletak di sisi tenggara, sehingga bangunan ini
terkesan menghadap tenggara. Sedangkan dua buah yang lain terletak di
sisi timur laut dan barat daya terkesan sebagai tangga ke pintu samping.
Pada diding utara dan selatan terdapat dua buah tangga masuk yang
membagi dinding sisi timur menjadi tiga bagian.
Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung dililit oleh ular naga. Kepala
ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri bangunan. Masing-masing
tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca mahakala. Bangunan
Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44
meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada
umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang
digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J
Krom seperti juga di Bali dipergunakan untuk tempat musyawarah para
pendeta atau pendanda. Dipastikan bale atau pendopo
ini pernah dinaungi struktur tiang dan atap dari bahan organik kayu dan
mungkin beratap ijuk atau sirap yang telah lapuk dan musnah.
Pendopo Teras
Lokasi bangunan terletak di sebelah tenggara bangunan Bale Agung.
Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu, berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran 29,05 meter x 9,22 meter x 1,5 meter. Diperkirakan
Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam
upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya.
Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa
undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut di dinding bagian timur. Pada
masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga
terdapat arca raksasa kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu
kakinya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang
berbentuk ukel besar berhias tumpal yang indah.
Bangunan Pendopo Teras berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi.
Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya karena berbaur dengan
hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di pelipit bagian
atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras juga
dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul
ke atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke
atas, memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat
relief-relief yang menceritakan kisah tentang Bubhuksah dan Gagang
Aking yang di dalam cerita rakyat dikenal dengan kisah Bela-belu dan
Dami aking, Sang Setyawan dan Sri Tanjung.
Candi Angka Tahun
Candi Angka Tahun berangka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi.
Masyarakat Jawa Timur lebih mengenalnya dengan nama Candi Brawijaya yang
merupakan bangunan yang paling dikenal dalam kompleks Candi Penataran
dan juga digunakan sebagai lambang kodam V Brawijaya. Terkadang ada juga
yang menyebutnya Candi Ganesha karena didalam bilik candinya terdapat
sebuah arca Ganesha.
Lokasi candi berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras dalam
jarak sekitar 20 meter. Pintu masuk candi terletak di bagian barat, pipi
tangganya berakhir pada bentuk ukel besar dengan hiasan tumpal yang
berupa bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Bagian dalam
relung candi terdapat sebuah arca Ganesha dari batu dalam posisi duduk
di atas padmasana. Pada bagian atas bilik candi pada batu penutup
cungkup terdapat relief Surya Majapahit
yakni lingkaran yang dikelilingi oleh jurai pancaran sinar yang berupa
garis-garis lurus dalam susunan beberapa segitiga sama kaki.
Relief
Surya Majapahit juga ditemukan di beberapa candi yang lain di Jawa Timur
ini dalam variasi yang sedikit berbeda sebagai lambang kerajaan.
Candi Angka Tahun seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain,
terdiri dari bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi
yang bawah, kemudian tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi
(garbagriha) dan kemudian mastaka atau kemuncak bangunan yang berbentuk
kubus. Pada bagian mahkota terdapat hiasan yang raya dan pada
masing-masing dinding tubuh candi terdapat relung-relung atau ceruk yang
berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat kepala raksasa kala
yang rupanya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala
yang di Jawa Timur sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan.
Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk
menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian.
Sementara itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok
bata yang tinggal bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut.
Bangunan-bangunan di halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu
andesit. Kecuali dua buah pondasi dari bata berdenah persegi panjang,
terletak di sebelah timur laut candi angka tahun ini. Di sebelah kiri
candi angka tahun terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai arca
perwujudan Gayatri Rajapatni.
Halaman tengah
Memasuki halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca
Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil dibanding Dwarapala pintu masuk
candi. Seperti pada arca Dwarapala di pintu masuk, Dwarapala ini pun
pada lapik arcanya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka
atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk,
juga berasal dari zaman Raja Jayanegara. Halaman tengah atau halaman
kedua ini terbagi menjadi dua bagian oleh tembok bata yang membujur arah
percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang hanya tinggal
pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada enam
buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya
berupa pondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa
candi tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu
bercampur bata dengan ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang
khusus terbuat dari batu.
Candi Naga
Pada bagian dalam halaman tengah ini terdapat Candi Naga yang hanya
tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang
6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Nama Candi Naga digunakan untuk
menamakan bangunan ini karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan
disangga tokoh-tokoh berbusana raya seperti raja sebanyak sembilan buah,
masing-masing berada di sudut-sudut bangunan, bagian tengah ketiga
dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu masuk. Para Batara ini
menggambarkan sosok makhluk kahyangan, yaitu para dewa dilihat
berdasarkan dari ciri busana raya dan perhiasan mewah yang dikenakannya.
Salah satu tangannya memegang genta (lonceng upacara) dan tangan yang
lainnya menopang tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam
keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding
tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan
motif medalion. Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi
tangga berhiaskan tumpal dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57
meter dan tinggi 4,70 meter.
Di depan telah disampaikan bahwa gambar
naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan sebuah candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” yang berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan Kertanegara.
Pondasi bata
Masih dalam lingkungan halaman tengah, terdapat sebuah pondasi dari bata
yang terkesan menghadap barat daya, diketahui dari bidang menjorok ke
sisi barat daya dan membentuk suatu pintu masuk. Lokasinya terletak di
sebelah timur candi. Bagian barat daya terdapat dua buah sisa bangunan,
yaitu sebuah pondasi dari bata berukuran 10 x 20 meter dan sebuah lagi
berdenah bujur sangkar yang memiliki ciri-ciri sama dengan salah satu
pondasi di bagian timur laut. Pada bagian sudut barat halaman ini
terdapat sekumpulan ambang pintu yang terlepas dari bangunan aslinya.
Pada ambang-ambang pintu itu beberapa di antaranya memuat angka tahun
yang masih dapat terbaca dengan jelas, yaitu tahun 1245 Saka, 1294 Saka,
1295 Saka, dan dua buah lagi berangka tahun sama yaitu 1301 Saka. Ada
dua buah arca Dwarapala lagi dengan angka tahun 1242 Saka terletak di
pintu masuk ke halaman ketiga yang mungkin bekas sebuah gapura
paduraksa, karena dekat tempat itu terdapat reruntuhan sebuah pintu yang
berangka tahun 1240 Saka.
Halaman belakang
Melewati pintu gerbang paduraksa yang hanya tinggal pondasi dan dijaga
dua dwarapala, sampailah di halaman ketiga terletak di ujung tenggara
sebagai bagian paling belakang dari kompleks candi dan terletak di tanah
yang lebih tinggi dari yang lainnya. Karena adanya anggapan bahwa
tempat tersebut merupakan tempat yang paling sakral. Ada sekitar 9 buah
bekas bangunan di halaman ini yang letaknya tidak beraturan. Dua buah
candi yang sudah dapat dikenali adalah bangunan candi induk dan prasasti
Palah berupa linggapala. Sepanjang sisi barat laut terdapat lima buah
sisa bangunan berupa pondasi dan batur dari batu atau bata. Satu
daiantaranya sebuah batur yang terdapat relief-relief cerita candi.
Tingginya sekitar satu meter.
Candi utama
Pada halaman ketiga ini terdapat bangunan candi induk yang terdiri
dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing
sisi tangga terdapat dua arca mahakala, yang pada lapiknya terdapat
angka tahun 1269 Saka atau 1347 M. Sekelling dinding candi pada teras
pertama terdapat relief cerita Ramayana.
Untuk dapat membacanya harus mengikuti arah prasawiya, dimulai dari
sudut barat laut. Pada teras kedua sekeliling dinding dipenuhi pahatan
relief ceritera Krçnayana yang alur ceriteranya dapat diikuti secara pradaksina
(searah jarum jam). Sedangkan di teras ke tiga berupa relief naga dan
singa bersayap. Teras ketiga bentuknya hampir bujur sangkar,
dinding-dindingnya berpahatkan arca singa bersayap dan naga bersayap.
kepalanya sedikit mendongak ke depan sedangkan singa bersayap kaki
belakangnya dakam posisi berjongkok sedang kaki depan diangkat ke atas.
Pada sisi sebelah barat daya halaman terdapat dua buah sisa bangunan.
Sebuah candi kecil dari batu yang belum lama runtuh yang oleh orang
Belanda dulu dinamakan ”klein heligdom” atau bathara kecil. Nampaknya
candi inilah yang mula-mula dibuat bersamaan dengan parasasti Palah
melalui upacara pratistha tersebut. Sebuah sisa yang lain berupa pondasi
dari bata. Kedua sisa bangunan ini menghadap ke arah barat daya.
Sederet dengan sisa kedua bangunan ini berdiri sebuah lingga batu yang disebut Prasasti Palah.
Dalam area komplek percandian juga terdapat sebuah kolam berangka tahun
1337 Saka atau 1415 Masehi yang terletak di belakang candi sebelah
tenggara dekat aliran sungai.
Prasasti Palah
Prasasti Palah menerangkan bahwa “menandakan Kertajaya berbahagia dengan
kenyataan tidak terjadi sirnanya empat penjuru dari bencana” dari
kalimat ”tandhan krtajayayåhya / ri bhuktiniran tan pariksirna nikang sang hyang catur lurah hinaruhåra nika”.
Rasa senangnya tersebut kemudian beliau curahkan dengan perintah
dibangunnya prasasti yang tertulis dalam sebuah linggapala oleh Mpu
Amogeçwara atau disebut pula Mpu Talaluh. Bangunan tersebut beliau
fungsikan untuk menyembah Bathara Palah, seperti yang tertuang dalam
prasasti tersebut yang beerbunyi “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang berarti “Ketika beliau Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat bathara Palah”.
Lihat gambar lainya:
0 komentar:
Posting Komentar